Gaya Bahasa Iklan

07.08 0 Comments


Iklan Vaseline: 4 x kulit lebih cerah seketika
Deskripsi : Sekumpulan wanita didalam kereta yang membicarakan tentang kulit,
kemudian salah satu wanita tersebut mengambil Vaseline dari dalam tasnya dan
memakainya, kemudian si wanita tersebut memberikannya juga pada semua
penumpang kereta. Setelah mereka keluar dari kereta api, kulit mereka pun
menjadi cerah seketika.
Kalimat persuasif : Kalimat di atas ini adalah kalimat yang bersifat persuasif yang
ditandai dengan kata “seketika”.
Denotasi, konotasi dan gaya bahasa : Makna denotasi atau makna sebenarnya dari
kalimat pada iklan vaseline tersebut adalah dengan memakai vaseline kulit akan
menjadi 4 kali lebih putih, sedangkan makna konotasinya adalah jika kita
memakai produk tersebut hanya dalam waktu singkat kulit kita akan terlihat lebih
cerah. Iklan ini menggunakan gaya bahasa atau majas hiperbola.

Iklan Sunslik: memberikan rambut indah bernilai 10
Deskripsi : seorang hair staylish (pakar rambut) sedang melihat rambut model
wanita tersebut yang rusak. Sang pakar rambut pun berkata bahwa rambut bagian
tengah sampai bawah yang paling bermasalah. Jadi dia memberikan solusinya
dengan memakai sunsilk condisioner sehabis keramas agar rambut lembut dan
tidak kusut.
Kalimat persuasif : Pada slogan ini kata bernilai 10 menunjukkan kalau kalimat ini
bersifat persuasif. Jika slogan tersebut hanya tertulis “memberikan rambut indah”
pasti para konsumen tidakn akan tertarik terhadap apa yang diiklankan.
Kemudian, dengan menekankan kata “bernilai 10” itu akan memberikan kesan
jika produk yang diiklankan dalam hal ini adalah shampo sunslik akan sangat
membantu konsumen untuk mendapatkan rambut yang indah.
Denotasi, konotasi dan gaya bahasa : Ketika konsumen menggunakan shampo
sunslik maka konsumen tersebut akan mendapatkan rambut yang indah. Tingkat
keindahan rambut disini digambarkan dengan angka 10. 10 disini bukan berarti
lambang bilangan puluhan melainkan nilai terbaik dari 1-10 untuk ukuran kualitas
dari produk tersebut. Sedangkan makna konotasinya adalah jika kita
menggunakan produk tersebut maka kita akan mendapatkan rambut indah yang
sempurna. Sempurna di sini digambarkan pada angka “10”. Iklan ini
menggunakan gaya bahasa atau majas hiperbola.


Iklan Ponds: 2 langkah kulit tampak putih merona, untuk tampak putih merona jangan
setengah-setengah biar lebih putih, lebih putih lagi.
Deskripsi : dua orang model wanita sedang berbincang-bincang tentang krim
pemutih wajah. Kemudian salah satu wanita mengatakan kalau dia juga memakai
krim tapi untuk tampak putih merona jangan setengah-setengah harus tuntas biar
lebih putih dan lebih putih lagi.
Kalimat persuasif : Kata “lebih putih, lebih putih lagi” pada slogan iklan tersebut
menandakan bahwa iklan ini bersifat pesuasif. Dengan menekankan atau
menyebutnya secara berulang-ulang maka konsumen akan tertarik bahkan akan
membeli produk tersebut.
Denotasi, konotasi dan gaya bahasa: Berdasarkan kalimat pada iklan tersebut,
makna denotasinya yaitu dengan memakai 2 produk pond’s maka wajah kita akan
tampak putih. Kemudian makna konotasinya yaitu untuk mendapatkan wajah yang
putih merona, para konsumen harus memakai 2 produk tersebut secara terus
menerus, tidak boleh hanya menggunakan 1 produk saja. Kata yang mewakili
kalimat konotasi pada iklan tersebut adalah “langkah” yang dapat diartikan
sebagai suatu perbuatan atau tindakan bukan “langkah” yang berarti gerakan kaki
waktu kita sedang berjalan. Iklan ini menggunakan gaya bahasa antiklimaks
(majas non perbandingan).

Iklan Pepsodent: gigi tetap kuat kini dan nanti.
Deskripsi : di salah satu museum ada 1 orang anak kecil bersama ayahnya sedang
melihat-lihat di museum tersebut. Anak itu melihat gigi atau taring harimau
kemudian dia bertanya pada ayahnya :
Anak : “yah, yah gigi aku bisa sekuat itu nggak?” tunjuknya tanpa melihat
kebelakang, ternyata yang ditunjuknya itu adalah seorang gadis namanya
tasya.
Ayah : “bisa dong, tasnya kan juga pakai pepsodent”
Anak : “ha?” sang anak kelihatan bingung sambil menoleh kebelakang
Tasya : “iya dari kecil aku rajin sikat gigi pagi dan malam pake pepsodent
makanya gigi aku kuat
Anak : “yah foto, foto. Mundur, mundur, hahahahaha” anaknya mengerjai si
ayah sampai menubruk gorila, kemudian mereka tertawa bersama.
Kalimat persuasif : Jika kalimat tersebut hanya menuliskan gigi tetap kuat maka
iklan tersebut belum dikatakan bersifat persuasif. Dengan menambahkan kata
“kini dan nanti” maka kalimat tersebut adalah kalimat persuasif yang berusaha
membujuk atau merayu konsumen untuk membeli produk yang diiklankan.
Denotasi, konotasi dan gaya bahasa : Makna denotasi pada kalimat di atas yakni
gigi akan selalu kuat sampai kapanpun jika kita menggunakan pepsodent. Kata
yang menandai makna konotasi pada kalimat tersebut adalah kata “kuat” yang
diartikan sebagai tahan lama atau awet bukan diartikan sebagai banyak tenaga,
tidak mudah goyah, kencang, erat dan lain sebagainya. Jadi makna konotasi pada
iklan tersebut yaitu untuk mendapatkan gigi yang tahan lama atau awet kita harus
memakai pepsodent. Iklan ini menggunakan gaya bahasa elipsis (majas pertautan).

Iklan Clear : tak ada ketombe dari segala sisi, tak ada yang disembunyikan.
Deskripsi : pada iklan ini tampak seorang model (Agnes Monica) berada didalam
lift. Model sedang memeriksa kulit kepala dan rambutnya yang sama sekali sudah
bersih dari ketombe karna dia telah menggunakan shampo clear ini. Pada saat itu
juga didalam lift tersebut terdapat kamera dan beberapa pria sedang mengamati
atau melihat tingah model tersebut. Pada pria ini tercengang karena tak ada
ketombe sedikitpun pada rambut dan kulit kepala model itu.
Kalimat persuasif : Kata “tak ada” ditulis secara berulang bukan karena tak
beralasan, melainkan untuk mempertegas atau menekankan makna yang tersirat
dari iklan tersebut. Kata “tak ada” yang ditulis secara berulang (majas repetisi)
sudah menunjukkan bahwa slogan pada iklan clear ini bersifat persuasif.
Denotasi, konotasi dan gaya bahasa : Jika tak ada ketombe di seluruh kulit kepala
kita, maka tak ad yang perlu disembunyikan lagi. Itulah makna denotasi dari
kalimat pada iklan clear tersebut. Sedangkan makna konotasinya yaitu, kulit
kepala yang bersih dan tak ada ketombe hanya akan kita dapatkan jika kita
menggunakan shampo clear dan tak ada lagi ketombe yang perlu disembunyikan
seperti pada saat kita belum menggunakan shampo tersebut. Iklan ini
menggunakan gaya bahasa repetisi.

Iklan Sunlight: perlindungan higenis 100 kali lebih baik.
Deskripsi : disalah satu dapur ada beberapa perabotan seperti teko, gelas, panci,
piring sendok dan lain-lain sedang berbicara tentang spon cuci piring yang tidak
higienis. Salah satu gelas, dot dan panci kecil sedang dikejar oleh sang spon,
mereka tidak mau dicuci pakai spon tersebut karna menurut gelas, spon tersebut
sudah tercemar oleh bakteri. Kemudian teko berbicara kalau pemilik mereka
menggunakan sunlight plus anti bakteri, jadi gelas, dot dan panci tadi menjadi
lega.
Kalimat persuasif : Sama seperti iklan yang menggunakan angka tadi, iklan
sunlight ini juga bersifat persuasif yang ditandai dengan angka “100 kali “.
Denotasi, konotasi dan gaya bahasa: Makna denotasi dari kalimat tersebut yaitu
sunlight memberikan perlindungan 100 kali lebih baik dari sabun lain. Sedangkan
makna konotasi dari iklan tersebut adalah, denggan menggunakan sanun sunlight
maka priring atau peralatan dapur akan terlindung dari bakteri. Sunlight
memberikan perlindungan paling baik dari sabun biasa. Iklan ini menggunakan
gaya bahasa hiperbola.








0 komentar:

Menunjukan Sikap Bahasa Indonesia Yang Positif Pada Bahasa Indonesia

06.08 0 Comments



Menunjukan Sikap Bahasa Indonesia Yang Positif
Sikap merupakan peristiwa kejiwaan secara umum. Sikap bisa positif dan bisa juga negatif. Sikap dapat diamati melalui perilaku. Beberapa pengertian tentang sikap menunjukkan bahwa sikap dapat diartikan sebagai kesiapan beraksi terhadap sesuatu keadaan. Sikap juga dapat diartikan sebagai kesiapan mental dan syaraf dan hanya dapat diamati dengan cara mawas diri atau introspeksi. Sikap merangkum tiga komponen utama, yakni komponen kognitif, komponen afektif, komponen konatif. Komponen kognitif bertalian dengan proses berfikir, bersifat mental. Komponen afektif berhubungan dengan perasaan dan nilai, misalnya rasa senang dan tidak senang, peduli dan masa bodoh, suka dan tidak suka. Komponen konatif menunjuk kepada perilaku atau perbuatan sebagai putusan akhir kesiapan reaktif terhadap suatu hal atau keadaan. Melalui komponen konatif inilah biasanya kita kita dapat mengetahui dan mengukur sikap seseorang terhadap suatu hal atau keadaan.
Sikap dan perilaku berhubungan secara timbal balik. Perilaku seseorang atau sekelompok orang terhadap hal atau keadaan menunjukkan sikap mereka terhadap hal atau keadaan yang dimaksud. Berbondong-bondong orang per orang atau kelompok orang menyumbangkan uang, makanan, obat-obatan, pakaian, dan tenaga untuk membantu masyarakat Nangroe Aceh Darussalam (NAD) yang terimpa musibah gempa dan tsunami baru-baru ini. Perilaku demikian menunjukkan sikap positif, yakni peduli dan bersedia membantu penderitaan dan kesusahan orang lain.
Sikap bahasa (positif atau negatif) merupakan peristiwa kejiwaan yang dapat diamati melalui perilaku. Sikap dan perilaku berhubungan secara timbal balik. Menyenangi dan memiliki rasa bangga terhadap bahasa daerah atau bahasa Indonesia, serta terus berupaya mempertahankan dan menggunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia sesuai dengan kebutuhannya menunjukkan sikap positif kita. Sebaliknya, kurang menyukai, kurang peduli, dan tidak bangga terhadap bahasa daerah atau bahasa Indonesia menunjukkan sikap negatif.
Sikap positif dapat ditumbuh kembangkan melalui kebiasaan. Membiasakan diri untuk lebih menguasai dan lebih terampil berbahasa Indonesia dapat menumbuhkembangkan sikap positif kita terhadap bahasa Indonesia. Mengetahui konsep bahasa yang baik dan benar menjadi syarat untuk dapat berperilaku bahasa secara baik dan benar yang pada gilirannya dapat menumbuhkan sikap bahasa yang positif.




Kebanggan Dalam Menggunakan Bahasa Indonesia
Rasa senang terhadap benda atau hal, rasa bangga terhadap keadaan pada umumnya adalah sikap positif. Menyenangi kebersihan lingkungan dan berusaha secara terus-menerus untuk menciptakan dan menjaga kebersihan lingkungan, menunjukkan sikap positif terhadap kebersihan. Menyenangi dan memiliki rasa bangga terhadap bahasa daerah atau bahasa ibu kita, serta terus berupaya mempertahankan dan menggunakan bahasa daerah atau bahasa ibu sesuai dengan kebutuhannya, juga menunjukkan positif kita terhadap bahasa daerah atau bahasa ibu kita tersebut. Sebaliknya, kurang atau tidak menyukai yang ditunjukkan oleh ketidakpedulian serta keengganan untuk berusaha menjaga dan menciptakan kebersihan lingkungan, menunjukkan sikap negatif kita terhadap kebersihan lingkungan. Sikap negatif kita terhadap bahasa daerah atau bahasa ibu kita akan tampak antara lain dari perilaku kita, misalnya tidak menyukai, tidak bangga, tidak berusaha menjaga dan mempertahankan bahasa daerah atau bahasa ibu kita, serta tidak mau menggunakan bahasa daerah sesuai dengan konteks situasi dan tujuan penggunaannya, tidak berusaha mempelajari dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa daerah kita. Menggunakan bahasa Indonesia secara serampangan, tidak bangga terhadap bahasa Indonesia, tidak peduli dengan kaidah bahasa Indonesia, dan tidak berusaha meningkatan pengetahuan dan kemampuan berbahasa Indonesia, menunjukkan sikap negatif kita terhadap bahasa Indonesia.
Perlu diketahui bahwa perilaku yang ditampilkan seseorang atau suatu masyarakat tidak timbul karena sikapnya, tetapi bisa muncul karena kebiasaan dan norma sosial. Perilaku membantu meringankan penderitaan orang lain seperti dicontohkan di atas bisa juga muncul karena kebiasaan, tabiat dasar manusia yang peduli dan suka menolong. Juga bisa muncul karena adanya ‘norma sosial’, misalnya rasa kebersamaan dan rasa sepenanggungan, rasa persaudaraan, serta rasa sebangsa dan setanah air. Perilaku menjaga, mempertahankan, dan mengembangkan bahasa daerah dan bahasa Indonesia dapat tumbuh karena kita memiliki sikap positif atau bisa juga karena adanya ‘norma sosial’ yaitu bahwa bahasa adalah identitas dan jati diri bangsa, seperti dinyatakan dalam ungkapan ‘bahasa menunjukkan bangsa’, atau karena faktor kebiasaan yang kita tumbuh kembangkan terus: kebiasaan menjaga, mengembangkan, dan membina bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Para ahli sepakat bahwa ‘kebiasaan’ merupakan faktor yang paling kuat dan paling dominan membentuk perilaku, sedangkan ‘sikap’ merupakan faktor yang paling lemah dan kurang dominan. Ini berarti perilaku yang ditampilkan seseorang atau oleh suatu masyarakat tidak selalu mencerminkan sikap seseorang atau masyarakat tersebut.

0 komentar: